Inilah Daftar Kandungan Skincare yang Harus Dihindari
Dalam dunia kecantikan, penggunaan produk skincare menjadi ritual harian yang tak terpisahkan dari kehidupan banyak orang. Namun ada beberapa bahan skincare yang harus dihindari.
Ya, tidak semua kandungan yang terdapat dalam produk skincare memberikan manfaat bagi kesehatan kulit.
Berikut ini adalah analisis mengenai beberapa kandungan skincare yang harus dihindari, berdasarkan studi ilmiah terkini.
1. 17 Kandungan Skincare yang Harus Dihindari
1.1. Paraben
Paraben telah lama menjadi topik kontroversi di kalangan ahli dermatologi dan peneliti.
Digunakan sebagai pengawet untuk mencegah berkembangnya bakteri dan jamur dalam produk, paraben dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan endokrin dan peningkatan risiko kanker payudara (Darbre, P.D., et al., 2004, Jurnal Applied Toxicology).
Meski klaim ini masih menjadi perdebatan, banyak konsumen memilih untuk mengkategorikannya kedalam bahan skincare yang harus dihindari sebagai langkah pencegahan.
1.2. Phthalate
Phthalate, seringkali tersembunyi di balik istilah ‘fragrance’ atau ‘parfum’ pada label produk, merupakan kelompok bahan kimia yang digunakan untuk membuat wangi produk lebih tahan lama.
Studi mengaitkan eksposur phthalate dengan masalah kesehatan seperti gangguan hormonal, masalah reproduksi, dan bahkan risiko kanker (Hauser, R., et al., 2007, Environmental Health Perspectives).
Penghindaran terhadap produk yang mengandung phthalate menjadi pertimbangan penting bagi konsumen yang peduli terhadap kesehatan jangka panjang.
1.3. Senyawa Etanolamin
Senyawa etanolamin (termasuk MEA, DEA, dan TEA) sering digunakan dalam produk skincare sebagai emulsifier atau untuk menyesuaikan pH.
Meski berfungsi meningkatkan tekstur produk, senyawa ini diketahui dapat bereaksi dengan bahan lain dalam produk untuk membentuk nitrosamin, sebuah karsinogen potensial (Cogliano, V.J., et al., 2011, The Lancet Oncology).
Pengetahuan tentang interaksi bahan ini mendorong konsumen untuk lebih cermat dalam mengetahui apa saja kandungan skincare yang harus dihindari.
1.4. Sodium Lauryl Sulfate (SLS)/Sodium Laureth Sulfate (SLES)
SLS dan SLES merupakan surfaktan yang populer dalam produk pembersih, memberikan efek berbusa.
Namun, kandungan ini dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata, dan paru-paru, terutama bagi individu dengan kulit sensitif sehingga masuk kedalam bahan skincare yang harus dihindari. (Löffler, H., et al., 2007, Contact Dermatitis).
Selain itu, SLES diketahui dapat terkontaminasi dengan dioxane 1,4 selama proses manufaktur, zat yang telah dikaitkan dengan kanker.
1.5. Synthetic Fragrance
Wangi sintetis dalam produk skincare seringkali berasal dari campuran berbagai bahan kimia, yang tidak selalu diungkap dalam label produk.
Komponen individual dari ‘fragrance’ ini dapat menyebabkan alergi, dermatitis, dan masalah kesehatan lainnya.
Transparansi minim mengenai komposisi sebenarnya menimbulkan kekhawatiran tentang potensi dampak negatif bagi pengguna.
1.6. Pewarna Sintetis
Pewarna sintetis, ditandai dengan kode ‘CI’ diikuti oleh lima angka pada label produk, menambah daya tarik visual produk tapi sering kali menjadi bahan skincare yang harus dihindari karena potensi risiko alergi dan iritasi.
Lebih jauh, beberapa pewarna sintetis dikaitkan dengan efek karsinogenik dan toksisitas pada organ tertentu.
1.7. Triclosan
Digunakan sebagai agen antibakteri dan pengawet, triclosan telah menimbulkan kekhawatiran terkait resistensi antibiotik dan gangguan hormonal.
Penelitian menunjukkan bahwa paparan dari kandungan skincare yang harus dihindari ini dapat mempengaruhi regulasi hormon tiroid dan kontribusi terhadap fenomena ‘superbug’ yang menunjukkan resistensi terhadap antibiotik konvensional (Pycke, B.F.G., et al., 2010, Environmental Science & Technology).
1.8. Chemical UV Filters
Filter UV kimia, seperti oxybenzone dan octinoxate, umum dalam produk tabir surya. Mereka memiliki kecenderungan untuk meresap ke dalam kulit dan dapat menimbulkan efek estrogenik, merusak terumbu karang saat mencuci ke dalam badan air.
Debat terus berlangsung mengenai keseimbangan antara perlindungan UV dan potensi dampak kesehatan serta lingkungan.
1.9. Polietilen Glikol (PEG)
PEG dan turunannya, yang digunakan sebagai pelarut, pengemulsi, dan pelembab, bisa terkontaminasi dengan bahan beracun seperti dioxane 1,4.
Kontaminan ini diketahui bersifat karsinogenik, menimbulkan pertanyaan tentang keamanan penggunaan PEG dalam produk skincare (Rastogi, S.C., et al., 2007, Contact Dermatitis).
1.10. Parafin dan Petrolatum
Parafin dan petrolatum, derivat minyak bumi, umum sebagai bahan pelembab dalam skincare.
Meski efektif dalam mengunci kelembapan, kekhawatiran muncul mengenai potensi kontaminasi mereka dengan hidrokarbon aromatik polisiklik (PAHs) yang bersifat karsinogenik dan risiko menyumbat pori yang dapat mengganggu fungsi kulit normal.
1.11. Formaldehyde
Formaldehyde dan pelepas formaldehyde dalam skincare bertindak sebagai pengawet. Paparan berkelanjutan terhadap senyawa ini telah dikaitkan dengan kanker dan reaksi alergi (National Cancer Institute).
Karena potensi risikonya, penggunaan formaldehyde dalam kosmetik dan merupakan telah diatur ketat di berbagai negara.
1.12. Benzalkonium Klorida
Benzalkonium klorida, sebuah senyawa yang terkesan asing bagi telinga kebanyakan orang, sering ditemukan dalam produk skincare sebagai pengawet. Jenis konservan ini digunakan karena memiliki sifat antimikroba yang kuat.
Namun, penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahan kimia ini dapat memicu reaksi alergi dan iritasi kulit pada beberapa individu, terutama dengan penggunaan jangka panjang.
Terlebih, bagi kulit yang sensitif, bahan skincare yang harus dihindari ini bisa menjadi bumerang yang menyebabkan masalah daripada solusi.
Menurut sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Contact Dermatitis (2019), disebutkan bahwa Benzalkonium klorida memiliki potensi tinggi menyebabkan dermatitis kontak.
1.13. Hidroksianisol Butilasi (BHA) & Hidroksitoluena Butilasi (BHT)
Kedua bahan ini seringkali digunakan sebagai antioksidan dalam produk skincare untuk mencegah oksidasi.
Walaupun kedengarannya bermanfaat, penelitian dari National Toxicology Program di Amerika Serikat mengindikasikan bahwa BHA dan BHT memiliki potensi karsinogenik, yang mungkin menyebabkan risiko kanker jika digunakan dalam jumlah besar dan jangka waktu lama.
Selain potensial risiko tersebut, kedua bahan ini juga dikenal dapat mengganggu keseimbangan hormonal, sehingga memicu permasalahan baru bagi kesehatan kulit dan tubuh secara keseluruhan.
1.14. Metilisothiazolinon & Metilkloroisothiazolinon
Campuran kimiawi ini sering ditemukan dalam berbagai produk perawatan kulit sebagai konserfan.
Namun, keduanya telah mendapat banyak kontroversi karena kemampuan mereka untuk menimbulkan reaksi alergi kulit.
Penelitian yang diterbitkan dalam International Journal of Dermatology (2013) menunjukkan bahwa penggunaan berulang dan jangka panjang dari campuran ini dapat memicu dermatitis kontak.
Khususnya, bagi individu yang memiliki kulit sensitif, eksposur terhadap bahan-bahan ini harus dihindari untuk mengurangi resiko iritasi kulit.
1.15. Tar Batubara
Tar batubara, seringkali tersembunyi di balik nama-nama lain dalam daftar bahan produk skincare, adalah derivat dari proses pengilangan batubara yang memiliki sifat anti-inflamasi dan anti-gatal.
Meskipun efektif untuk pengobatan psoriasis dan dermatitis seboroik, penggunaannya dalam jangka panjang dikhawatirkan bisa meningkatkan risiko kanker kulit.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), melalui International Agency for Research on Cancer, telah mengklasifikasikan tar batubara sebagai karsinogen pada manusia.
1.16. Ethylenediaminetetraacetic Acid (EDTA)
EDTA adalah bahan chelating yang digunakan dalam skincare untuk mencegah pembentukan garam metal yang tidak diinginkan dan menjaga kestabilan produk.
Walaupun fungsinya terkesan vital untuk menjaga kualitas produk, EDTA dikritik sebagai kandungan skincare yang harus dihindari karena sifatnya yang sulit terurai di alam.
Lebih lanjut, beberapa penelitian menunjukkan bahwa EDTA bisa menyebabkan iritasi kulit, terutama pada penggunaan konsentrasi tinggi.
1.17. Siloxane
Siloxane, atau biasa dikenal dengan silikon, adalah bahan yang memberikan efek halus dan lembut pada produk skincare.
Namun, potensi siloxane untuk bioakumulasi dalam ekosistem dan organisme hidup menjadi pertanyaan yang serius di kalangan peneliti.
Studi yang dipublikasikan dalam Chemosphere menunjukkan bahwa beberapa jenis siloxane dapat mengganggu fungsi endokrin dan berpotensi beracun bagi organism laut.
2. Penutup
Memilih produk skincare bukanlah tugas yang sepele. Memahami kandungan skincare yang harus dihindari dan meningkatkan kesadaran tentang komposisi produk yang digunakan merupakan langkah penting dalam menjaga kesehatan kulit dan kesejahteraan umum.
Kritis terhadap klaim manfaat dan komposisi produk memperkuat kemampuan individu dalam membuat keputusan yang terinformasi dalam merawat kulit.